Rabu, 03 Desember 2008

Melepaskan Adalah Suatu Kemenangan

Suatu hari seorang bapak tua hendak menumpang bus. Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi. Lalu si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua,
"Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak.
Mengapa Anda melempakan sepatu Anda yang sebelah juga ?"
Si bapak tua menjawab, "Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa
memanfaatkannya."

***
Si bapak tua dalam cerita di atas memahami filosofi dasar dalam hidup jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya.

Kita kehilangan banyak hal di sepanjang masa hidup. Kehilangan tersebut pada awalnya tampak seperti tidak adil dan merisaukan, tapi itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita.

Kalimat di atas tidak dapat diartikan kita hanya boleh kehilangan hal-hal jelek saja. Kadang, kita juga kehilangan hal baik. Ini semua dapat diartikan: supaya kita bisa menjadi dewasa secara emosional dan spiritual, pertukaran antara kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu haruslah terjadi.

Seperti si bapak tua dalam cerita, kita harus belajar untuk melepaskan sesuatu. Tuhan sudah menentukan bahwa memang itulah saatnya si bapak tua kehilangan sepatunya. Mungkin saja peristiwa itu terjadi supaya si bapak tua nantinya bisa mendapatkan sepasang sepatu yang lebih baik. Satu sepatu hilang. Dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagi si bapak. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkan.
Berkeras mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal atau seseorang masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita lebih baik bersama yang lain.

Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya.

3 komentar:

romanagement on air mengatakan...

Subhanallah

Keren Ki

cerita cerita hikayah macam ini lah

yang membuat gw selalu terenyuh

hmmm

Engkau Maha Kuasa dan Maha Bijak Sana..

Tuntunlah kami agar dapat menjalani hidup dengan Ikhlas

Anonim mengatakan...

Wuaaahhh...
Keren Q ceritanya. Emang bener sih, untuk apa mempertahankan sesuatu kalo hal itu tidak akan dapat melengkapi kita, cuz pada akhirnya gda manfaatnya.
Oia, congrats udah jadi S.ikom..^_*

Titi mengatakan...

wow..

dapet pelajaran hari ini setelah membaca tulisanmu ini ki..

yup!benar
untuk apa mempertahankan sesuatu kalu ternyata itu tidak ada gunanya..
karena setiap orang itu sudah diatur jalannya.. :)