Sabtu, 22 Agustus 2009

Aku dan Bandung

Sepenggal cerita pendek ini aku tulis tepat dihari aku pindah dari Bandung kembali ke Bekasi. Ini adalah kisahku selama aku tinggal di Bandung.

Siang itu, udara terasa panas ketika aku menginjakkan kaki di daerah Dago Pojok Bandung. Bola kuning itu rupanya sedang menunjukkan keperkasaannya. Sesampainya di sebuah kamar berukuran kurang lebih 3x3 m², udara panas tersebut sedikit menghilang dan keringat pun berhenti bercucuran dari kepalaku. Ya...udara di kamar itu sejuk sekali, tak seperti ketika aku berada diluar sana, yang kepanasan, penuh dengan debu dan kotoran. Sejenak aku merebahkan badan yang sudah tak kuat ini di kasur yang sudah tersedia di kamar itu. Ah...damai rasanya hidup ini.

Hari pertama berada di kosan baruku membuat aku bertanya-tanya “apa aku betah disini?”. Sebelumnya aku kos di Jatinangor, yang kata orang jauh dari peradaban, tempat terpencil, dan fasilitas yang minim. Setelah aku tinggal di Jatinangor selama 3 tahun, aku merasakan nyaman tinggal di kawasan pendidikan itu.

Roda waktu terus bergulir dan lama kelamaan aku mempunyai teman di kosan baru. Berawal dari perbincangan santai hingga akhirnya aku akrab dengan penghuni kosan sampai saat ini. Nasib mereka yang sama seperti aku (sama-sama jauh dari orang tua) membuat kami semakin dekat. Hal menarik yang membuat kami semakin dekat adalah ketika bulan Ramadhan tiba. Setiap pukul 3 dinihari kami membeli makanan untuk sahur dan makan sahur bersama-sama. Selain itu, terkadang kami juga buka puasa bersama. Canda tawa menghantarkan kami menghabiskan malam bersama-sama dengan ditemani tontonan sederhana di televisi atau sekedar berbincang membicarakan aktifitas sehari-hari atau juga membicarakan orang lain alias ngegosip hahaha...

Ketika waktu luang tiba, kami pernah pergi bersama-sama ke Dufan. Rasanya ketika itu sedikit hambar karena tidak semua penghuni kamar bisa ikut menghabiskan waktu di tempat hiburan itu. Berbagai macam karakter anak kosan membuat aku welcome dengan karakter-karakter mereka. Ada yang punya rasa takut yang berlebih kalau ibunya datang tiba-tiba, ada “si penagih” iuran bulanan, ada yang hobi mendengarkan musik dengan suara kencang, ada yang selalu bilang “Menurut lo?” sambil matanya melotot, ada yang perempuan super duper metal atau kami juluki “haji gelo”, ada yang kamarnya komplit dengan bahan sembako, dan masih banyak lagi. Semuanya itu membuat aku terkesan akan pertemanan selama 2 tahun ini.

Di kampus, aku mendapatkan teman baru. Ada beberapa teman yang sudah aku kenal sewaktu kuliah D3 dulu, ada juga teman baru yang aku kenal semenjak kuliah S1. Perkuliahan dimulai pukul 3 sore dan diakhiri pukul 8 malam. Selepas pulang kuliah, kalau sempat kami makan malam bersama di depan kampus. Pernah aku dan beberapa teman mendapat tugas untuk mengamati dunia malam Bandung. Wuih...ternyata dunia malam Bandung membuatku mencengangkan mata. Kenapa begitu? Aku baru mengetahui kalau seperti itu lah dunia malam, apalagi di Bandung. Tentunya tidak perlu aku tulis detail disini hehehe...

Satu semester, dua semester, dan akhirnya tiba di semester akhir, aku dan teman-teman sudah jarang bertemu karena kami sibuk dengan urusan studinya masing-masing. Aku bergegas menyelesaikan skripsi sesuai target. Setelah 2 bulan aku dipusingkan dengan skripsi, akhirnya alhamdulillah aku dapat menyelesaikan studi sesuai dengan rencana.

Hari bersejarah pun datang, hari Wisuda 27 Mei 2009 yang tepat bersamaan dengan ulang tahunku ke-23. Sungguh hari itu benar-benar membuatku bahagia, melebihi kebahagiaanku selama ini. Studi yang sesuai target dan tentunya wisuda yang bersamaan dengan hari jadiku.

Selama tinggal di Bandung, aku belajar akan kehidupan masa depan yang membuatku semakin dewasa, kisah pertemanan, dan cara bersosialisasi dengan orang lain. Bandung membangun karakter diri hingga aku bisa seperti sekarang ini. Segala macam prestasi, proses belajar aku temukan di kota ini. Rasanya berat untuk meninggalkan Paris van Java yang penuh kenangan, gelak tawa, hingga kisah sedih. Berat hati ini untuk melepas Bandung, tapi bagaimanapun juga aku harus kembali ke kedua orang tuaku untuk menjaga mereka.

Terima kasih Bandung, kau adalah kota yang tak mungkin aku lupakan. Suatu saat nanti pasti aku akan menginjakkan kaki kembali di kota ini. Bandung, sekali lagi aku ucapkan terima kasih kau telah mengijinkan aku tinggal selama 2 tahun...