Senin, 17 November 2008

Sekelumit Tentang Kotatua


Sekelumit Tentang Kotatua

Ketika Anda menginjakkan kaki di kawasan Kotatua, tepatnya di wilayah Jakarta Barat dekat dengan Stasiun Kereta Jakarta Kota, Anda akan menemukan bangunan tua yang sudah berdiri dari jaman penjajahan. Bangunan itu kini masih berdiri kokoh dengan perawatan lihai dari sang penjaga Kotatua.

Kotatua berdiri dengan luas 846 Ha yang terletak di Kotamadya Jakarta Barat dan Kotamadya Jakarta Utara serta dilindungi penguasaannya dengan SK Gubernur DKI Jakarta No. 34/2006.


Sejarah Kotatua

Pelabuhan Sunda Kelapa diserang oleh tentara Denmark pada 1526, yang dipimpin oleh Fatahillah, dan setelah berhasil direbut, namanya diganti menjadi Jayakarta pada 22 Juni 1527, kota tersebut luasnya tidak lebih dari 15 Ha dengan pola tata kota tradisional Indonesia. Kota Jayakarta hancur diserang VOC Belanda pada tahun 1619 yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen.

Pada tahun 1620, Belanda membangun kota baru yang diberi nama Batavia sebagai penghormatan atas kaum Batavieren suku bangsa Eropa yang menjadi nenek moyang orang-orang Belanda, di sebelah timur Sungai Ciliwung yang pusat kotanya kini masih terlihat di sekitar Taman Fatahillah sekarang.

Orang-orang pribumi Batavia dijuluki Batavianen (orang Batavia) yang dikenal kemudian sebagai orang Betawi. Orang Betawi sebenarnya adalah keturunan berdarah campuran aneka suku dan bangsa.

Kota Batavia pada tahun 1635 diperluas ke sebelah barat Sungai Ciliwung di atas bekas kota Jayakarta yang hancur. Kota ini dirancang lengkap dengan system pertahanannya berupa tembok dan parit sekeliling kota. Tata ruang kota dibagi kedalam blok-blok yang dipisahkan oleh kanal. Pembangunan kota Batavia selesai pada tahun 1650. Setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Batavia diganti nama menjadi “Jakarta”.


Tidak ada komentar: